Sanksi Administrasi Di Bidang Perpajakan
Landasan hukum mengenai
sanksi administrasi diatur dalam masing-masing pasal undang-undang ketentuan
umum perpajakan. Sanksi adminstrasi dapat dijatuhkan apabila wajib pajak
melakukan pelanggaran terutama atas kewajiban yang ditentukan dalam
Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan seperti yang tercantum dalam
Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang perubahan ke 3 atas Undang-Undang No. 6
Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
1. Pengertian
Sanksi Administrasi
Pengertian sanksi
administrasi dapat berupa:
a.
Denda adalah sanksi
administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang berkitan dengan kewajiban
pelaporan. Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak
ditemukan dalam UU perpajakan. Terkait besarannya denda dapat ditetapkan sebesar
jumlah tertentu, persentase dari jumlah tertentu, atau suatu angka perkalian
dari jumlah tertentu. Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan ditambah
dengan sanksi pidana. Pelanggaran yang juga dikenai sanksi pidana ini adalah
pelanggaran yang sifatnya alpa atau disengaja.
b.
Bunga adalah sanksi
administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang berkaitan dengan
kewajiban pembayaran pajak. Sanksi administrasi berupa bunga
dikenakan atas pelanggaran yang menyebabkan utang pajak menjadi lebih besar.
Jumlah bunga dihitung berdasarkan persentase tertentu dari suatu jumlah, mulai
dari saat bunga itu menjadi hak/kewajiban sampai dengan saat diterima atau
dibayarkan.
c.
Kenaikan adalah sanksi
administrsi yang berupa kenaikan jumlah pajak yang harus dibayar, terhadap
pelanggaran berkaitan dengan kewajiban yang diatur dalam ketentuan material. Jika melihat
bentuknya, bisa jadi sanksi administrasi berupa kenaikan adalah sanksi yang
paling ditakuti oleh wajib Pajak. Hal ini karena bila dikenakan sanksi tersebut,
jumlah pajak yang harus dibayar bisa menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa
kenaikan pada dasarnya dihitung dengan angka persentase tertentu dari jumlah
pajak yang tidak atau kurang dibayar. Jika dilihat dari penyebabnya, sanksi
kenaikan biasanya dikenakan karena Wajib Pajak tidak memberikan
informasi-informasi yang dibutuhkan dalam menghitung jumlah pajak terutang.
2.
Keterangan
Sanksi Administrasi
Tabel 2. Keterangan sanksi administrasi
No
|
Pasal
|
Masalah
|
Sanksi
|
Ket.
|
Denda
|
||||
1.
|
7 (1)
|
SPT Terlambat
disampaikan :
|
||
1. Masa
|
||||
a. PPN
|
Rp 500.000
|
Per SPT
|
||
b. Lainnya
|
Rp 100.000
|
Per SPT
|
||
2. Tahunan
|
||||
a. Orang
Pribadi
|
Rp 100.000
|
Per SPT
|
||
b. Badan
|
Rp 1.000.000
|
Per SPT
|
||
2.
|
8 (3)
|
Pembetulan sendiri dan belum disidik
|
150%
|
Dari jumlah
pajak yang kurang dibayar
|
3.
|
14 (4)
|
a. Pengusaha kena PPN tidak PKP
|
2%
|
\
> Dari DPP / |
b. Pengusaha tidak PKP buat faktur pajak
|
2%
|
|||
c. PKP tidak buat faktur atau faktur tidak lengkap
|
2%
|
|||
Bunga
|
||||
1.
|
8 (2)
|
Pembetulan
SPT dalam 2 tahun
|
2%
|
Per bulan, dari jumlah pajak yang kurang dibayar
|
2.
|
9 (2a)
|
Keterlambatan
pembayaran pajak masa dan tahunan
|
2%
|
Per bulan, dari jumlah pajak terutang
|
3.
|
13 (2)
|
Kekurangan pembayaran pajak dalam SKPKB
|
2%
|
Per bulan, dari jumlah kurang dibayar, max 24 bulan
|
4.
|
13 (5)
|
SKPKB
diterbitkan setelah lewat waktu 10 tahun karena adanya tindak pidana
|
48%
|
Dari jumlah
paak yang tidak mau atau kurang dibayar.
|
5.
|
14 (3)
|
a. PPh tahunan berjalan tidak/kurang bayar
|
2%
|
Per bulan, dari jumlah pajak tidak/kurang dibayr, max 24 bulan
|
b. SPT kurang
bayar
|
2%
|
Per bulan, dari jumlah pajak tidak/kurang dibayr, max 24 bulan
|
||
6.
|
15 (4)
|
SKPKBT
diterbitkan setelah lewat wkatu 10 tahun karena adanya tindak pidana
|
48%
|
Dari jumlah
pajak yang tidak atau kurang dibayar
|
7.
|
19 (1)
|
SKPKB/T, SK
Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan kurang bayar
terlambat dibayar
|
2%
|
Per bulan, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar
|
8.
|
19 (2)
|
Mengangsur
atau menunda
|
2%
|
Per bulan,
bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan
|
9.
|
19 (3)
|
Kekurangan pajak akibat penundaan SPT
|
2%
|
Atas
kekurangan pembayaran pajak
|
Kenaikan
|
||||
1.
|
8 (5)
|
Pengungkapan
ketidak benaran SPT setelah lewat 2 tahun sebelum terbitnya SKP
|
50%
|
Dari pajak yang kurang dibayar
|
2.
|
13 (3)
|
Apabila: SPT
tidak disampaikan sebagaimana disebut dalam surat teguran, PPN/PPnBM yang
tidak seharusnya dikompensasikan atau tidak tarif 0%, tidak terpenuhinya
Pasal 28 dan 29
|
||
a. PPh yang tidak atau kurang dibayar
|
50%
|
Dari PPh yang tidak/kurang dibayar
|
||
b. tidak/kurang dipotong/ dipungut/ disetorkan
|
100%
|
Dari PPh yang tidak/kurang dipotong/dipungut
|
||
c. PPN/PPnBM tidak atau kurang dibayar
|
100%
|
Dari
PPN/PPnBM yang tidak atau kurang dibayar
|
||
3.
|
15 (2)
|
Kekurangan
pajak pada SKPKBT
|
100%
|
Dari jumlah kekurangan pajak tersebut
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar